Tuesday, December 16, 2025
HomeBeritaAustralia bantah klaim Netanyahu soal motif antisemitisme di balik serangan Bondi

Australia bantah klaim Netanyahu soal motif antisemitisme di balik serangan Bondi

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menolak pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengaitkan tragedi penembakan di Bondi Beach dengan pengakuan Australia terhadap Negara Palestina.

Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa serangan tersebut dipicu oleh meningkatnya antisemitisme yang, menurut dia, didorong oleh keputusan pemerintah Australia mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Ia mengklaim telah memperingatkan Albanese sebelum kebijakan tersebut diambil.

Namun, dalam wawancara langsung dengan ABC pada Minggu (…), Albanese menegaskan tidak melihat adanya kaitan antara pengakuan Palestina dan serangan teror di Bondi.

“Saya tidak melihat adanya hubungan tersebut. Mayoritas negara di dunia justru memandang solusi dua negara sebagai jalan ke depan bagi perdamaian di Timur Tengah,” kata Albanese.

Serangan terjadi pada hari pertama perayaan Hanukkah, ketika anggota komunitas Yahudi setempat berkumpul di Bondi untuk melakukan ibadah. Dua pria bersenjata kemudian menembaki kerumunan, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai sekitar 40 lainnya.

Dalam rekaman video warga, seorang pemilik kios buah setempat, Ahmed Al-Ahmed, terlihat melucuti senjata salah satu pelaku. Ahmed, warga Australia keturunan Suriah, saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka yang dideritanya.

Aksi keberanian Ahmed mendapat pujian dari sejumlah pemimpin dunia, termasuk Albanese dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Netanyahu juga memuji tindakan tersebut, meski keliru menyebut Ahmed sebagai seorang Yahudi. Faktanya, Ahmed merupakan seorang Muslim asal Suriah.

Australia secara resmi mengakui Negara Palestina pada 21 September 2025, bersama Kanada dan Inggris. Langkah tersebut, menurut pemerintah Australia, bertujuan mengakui aspirasi lama rakyat Palestina untuk memiliki negara sendiri serta mendukung upaya internasional menuju solusi dua negara.

Pernyataan Netanyahu menuai kritik luas. Ben Saul, Pelapor Khusus PBB untuk isu hak asasi manusia dan kontra-terorisme, menyatakan keprihatinannya atas upaya mengaitkan pengakuan Palestina dengan serangan tersebut.

“Saya sangat terganggu dengan pernyataan PM Israel yang menghubungkan dukungan berprinsip Australia terhadap Negara Palestina dengan serangan teroris di Bondi,” tulis Saul di platform X.

Meski demikian, sejumlah narasi serupa bermunculan di media Barat. Kolumnis Bret Stephens dalam tulisannya di The New York Times menyebut peristiwa Bondi sebagai gambaran seruan “globalisasi intifada”. Artikel opini lain di The Atlantic mengangkat judul serupa.

Di dalam negeri, pemimpin oposisi Australia Sussan Ley dari Partai Liberal menuding pemerintah gagal melindungi warga Yahudi. Ia juga menyatakan akan mencabut pengakuan terhadap Palestina jika terpilih dalam pemilu mendatang.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina turut mengecam serangan tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Australia’s Palestine Advocacy Network juga mengeluarkan pernyataan yang secara tegas mengutuk aksi teror antisemit tersebut.

Pemerintah Australia melalui Kabinet Nasional sepakat untuk meninjau ulang dan memperketat undang-undang kepemilikan senjata api menyusul tragedi tersebut.

Kepolisian mengungkapkan bahwa penembakan dilakukan oleh ayah dan anak. Sang ayah, Sajid Akram (50), tewas di lokasi, sementara putranya, Naveed Akram (24), berada dalam kondisi kritis. Sajid diketahui memiliki izin senjata api dan enam pucuk senjata.

Korban tewas berusia antara 10 hingga 87 tahun, termasuk seorang rabi terkemuka kelahiran London, Eli Schlanger.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler