Tuesday, December 16, 2025
HomeBeritaBanjir di Gaza: Ratusan tenda pengungsi terendam

Banjir di Gaza: Ratusan tenda pengungsi terendam

Ratusan tenda pengungsi di Jalur Gaza terendam banjir seiring kembali turunnya hujan deras pada Senin.

Hal itu dilaporkan koresponden Al Jazeera dari wilayah yang hingga kini masih berada di bawah pengepungan Israel.

Setelah 2 tahun perang yang digambarkan sebagai perang pemusnahan, Israel menguasai lebih dari separuh wilayah Gaza dan telah menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina.

Koresponden Al Jazeera menjelaskan bahwa kondisi para pengungsi semakin memburuk akibat masuknya sistem tekanan rendah yang disertai hujan lebat dan angin kencang.

Situasi tersebut memperparah penderitaan ratusan ribu warga yang tinggal di tenda-tenda darurat.

Ia menggambarkan kondisi di lapangan sebagai “bencana”, mengingat tidak adanya intervensi dari lembaga internasional, serta keterbatasan kemampuan pertahanan sipil Gaza dalam menjalankan tugasnya.

Keterbatasan itu mencakup ketidakmampuan menyediakan tenda yang layak huni atau rumah-rumah bergerak bagi para pengungsi.

Sejumlah wilayah di Gaza dalam beberapa hari terakhir dilaporkan mengalami banjir yang merendam ratusan tenda akibat hujan deras.

Para pengungsi terpaksa bertahan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, seiring kelumpuhan dan keterbatasan sarana yang dimiliki pertahanan sipil.

Pada Jumat lalu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa ratusan ribu pengungsi di Jalur Gaza menghadapi risiko besar tenda dan tempat perlindungan mereka terendam air hujan.

Risiko ini meningkat akibat pelarangan masuknya bahan bangunan yang dibutuhkan untuk membangun tempat tinggal sementara ke wilayah tersebut.

Pejabat Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa hujan lebat yang melanda Jalur Gaza telah menyebabkan tenda-tenda yang menampung keluarga korban perang Israel terendam banjir.

Dalam peristiwa tersebut, seorang bayi dilaporkan meninggal dunia akibat paparan cuaca dingin yang ekstrem.

Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa sedikitnya 12 orang meninggal dunia atau dinyatakan hilang akibat badai tersebut.

Selain itu, sedikitnya 13 bangunan dilaporkan runtuh, sementara sekitar 27.000 tenda terendam air.

Organisasi internasional juga memperingatkan bahwa hampir 795.000 pengungsi berada dalam kondisi rentan terhadap bahaya banjir, terutama di kawasan dataran rendah yang dipenuhi puing-puing bangunan.

Di wilayah-wilayah tersebut, keluarga-keluarga tinggal di tempat penampungan yang tidak aman, dengan ancaman serius merebaknya penyakit akibat ketiadaan sistem sanitasi dan pengelolaan limbah.

Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa bersama otoritas Palestina menegaskan adanya kebutuhan mendesak terhadap sedikitnya 300.000 tenda baru bagi sekitar 1,5 juta pengungsi yang hingga kini masih berada di Jalur Gaza.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 4.000 orang tinggal di wilayah pesisir yang dikategorikan sebagai kawasan berisiko tinggi.

Sekitar 1.000 di antaranya terdampak langsung oleh gelombang laut besar yang menghantam pesisir Gaza.

Serangan dan tembakan

Di tengah kondisi kemanusiaan yang kian memburuk, Israel terus melancarkan serangan udara dan tembakan artileri ke berbagai wilayah Jalur Gaza pada Senin.

Serangan tersebut terjadi di kawasan-kawasan yang berada di bawah kendali Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata.

Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa pesawat tempur Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke Kota Rafah di selatan Jalur Gaza, yang sepenuhnya berada di bawah kendali Israel sesuai perjanjian.

Mereka juga menyebutkan bahwa kendaraan militer Israel melepaskan tembakan secara acak di wilayah utara Rafah.

Dalam insiden lain, artileri Israel menembaki sejumlah kawasan di sebelah timur Kota Khan Younis, selatan Jalur Gaza, yang juga termasuk wilayah kendali Israel.

Helikopter militer Israel dilaporkan melepaskan tembakan di kawasan tersebut.

Helikopter Israel juga melepaskan tembakan ke arah timur Kota Jabalia di utara Jalur Gaza.

Sementara itu, kendaraan militer Israel menembakkan senjata otomatis ke arah timur Kota Gaza.

Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmoud Bassal, mengatakan bahwa proses pencarian jenazah para korban di bawah reruntuhan bangunan di Kota Gaza baru dimulai dengan peralatan yang sangat sederhana.

Hal ini disebabkan oleh masih tertahannya masuk alat-alat berat yang dibutuhkan untuk mengangkat puing-puing bangunan.

Bassal mendesak pihak-pihak internasional penjamin gencatan senjata untuk segera turun tangan menyediakan peralatan yang memadai, agar proses evakuasi jenazah dapat dilakukan dengan layak.

Israel terus melakukan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas.

Sejak Oktober lalu, pelanggaran tersebut telah menyebabkan 391 warga Palestina tewas dan 1.063 lainnya luka-luka.

Perjanjian gencatan senjata tersebut mengakhiri perang pemusnahan yang dimulai Israel pada 8 Oktober 2023 dan berlangsung selama 2 tahun.

Perang itu menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina, melukai lebih dari 171.000 orang, serta menyebabkan kehancuran besar-besaran dengan estimasi biaya rekonstruksi yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa mencapai sekitar 70 miliar dollar AS.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler