Wednesday, December 10, 2025
HomeBeritaHareetz: Netanyahu hadapi tekanan internasional untuk jalankan rencana Trump

Hareetz: Netanyahu hadapi tekanan internasional untuk jalankan rencana Trump

Harian Haaretz melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu—yang kini dibayangi tuntutan di Mahkamah Pidana Internasional—menghadapi tekanan internasional yang kian menguat.

Netanyahu ditekan agar segera melaksanakan tahap kedua dari rencana perdamaian Donald Trump untuk Gaza.

Tahap ini dipandang dapat membuka jalan bagi kembalinya Otoritas Palestina ke wilayah tersebut.

Menurut laporan itu, desakan datang langsung dari Presiden Amerika Serikat (AS), sejumlah negara Arab, serta para pemimpin Eropa.

Mereka mendorong penerapan solusi dua negara sebagai kerangka penyelesaian konflik.

Tekanan tersebut menjadikan langkah Netanyahu untuk keluar dari skema Trump sebagai pilihan yang sarat risiko, baik secara politik maupun keamanan.

Sementara itu, Yedioth Ahronoth menyoroti rekomendasi Presiden Trump kepada Netanyahu agar mulai beralih dari operasi ofensif dan ancaman eskalasi menuju diplomasi serta langkah pembangunan kepercayaan di Gaza, Lebanon, dan Suriah.

Pendekatan ini dinilai sebagai prasyarat penting untuk memastikan keberlanjutan rencana perdamaian Trump dan membuka jalan menuju gencatan senjata yang stabil dan menyeluruh.

Di kawasan utara, Israel Hayom mengungkapkan bahwa Israel disebut “kian kehilangan kesabaran” terhadap upaya Hizbullah memperkuat posisinya di wilayah selatan Lebanon.

Laporan itu juga menyebut adanya persiapan Israel untuk sebuah operasi militer besar—baik darat maupun udara.

Israel Hayom menilai bahwa sinyal diplomasi seperti pertemuan simbolik antara perwakilan Israel dan Lebanon mungkin tidak cukup untuk mencegah operasi tersebut.

Meskipun, AS dan Prancis meminta penundaan agar memberi waktu bagi pemerintah Lebanon membahas langkah pembongkaran senjata Hizbullah.

Israel diperkirakan menunggu hasil pertemuan Trump dan Netanyahu sebelum mengambil keputusan final.

Film “Suara Hind Rajab” dan seruan kemanusiaan

Dalam perkembangan lain, Le Monde memuat ulasan peneliti dan sejarawan Jean Perfeut mengenai film The Voice of Hind Rajab karya sutradara Tunisia, Kaouther Ben Hania.

Film ini dipuji bukan hanya sebagai karya sinematik istimewa tentang Gaza, tetapi juga sebagai refleksi pedih atas “ketidakberdayaan individu dan masyarakat internasional dalam mencegah dahsyatnya genosida”.

Perfeut menutup analisanya dengan mengingatkan bahwa lebih dari 20.000 anak telah dibunuh Israel, sementara jurnalis internasional dilarang memasuki Gaza selama dua tahun lebih.

Majalah L’Obs menampilkan artikel dari mantan pejabat Kementerian Pertahanan Prancis, Louis Gallois.

Ia memperingatkan bahwa retorika tentang ancaman perang Rusia terhadap Eropa bisa memicu keputusan-keputusan yang irasional.

Gallois menekankan bahwa jika konflik semacam itu benar-benar pecah, maka sejarah akan menghadapi situasi baru: tiga kekuatan nuklir terlibat secara langsung dalam satu arena perang.

Dari kawasan Amerika Latin, The Guardian menulis bahwa Presiden Venezuela Nicolás Maduro menuduh AS memanfaatkan operasi militer di Karibia bukan untuk memerangi narkotika, melainkan demi kepentingan minyak.

Namun, para peneliti menilai bahwa industri minyak Venezuela sendiri tengah berada pada titik paling rapuh dan “tidak lagi menarik secara ekonomi”.

Adapun The Wall Street Journal melaporkan bahwa para penasihat Trump mendorongnya untuk mengurangi fokus pada isu luar negeri dan beralih pada persoalan domestik yang lebih dekat dengan kegelisahan pemilih—khususnya soal kenaikan biaya hidup.

Kekhawatiran muncul bahwa fokus berlebihan pada agenda luar negeri dapat memengaruhi popularitas Partai Republik menjelang pemilihan paruh waktu.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler